Sunday, February 28, 2010

Shine On - Jet


Please don't cry
You know I'm leaving here tonight
Before I go I want you to know that there will always be a light

And if the moon had to runaway
And all the stars didn't wanna play
Don't waste the sun on a rainy day
The wind will soon blow it all away

So many times I'd planned
To be much more than who I am
And if I let you down I will follow you 'round until you understand

When the days all seem the same
Don't feel the cold or wind or rain
Everything will be okay
We will meet again one day
I will shine on, for everyone

So please don't cry
Although I leave you here this night
Where ever I may go how far I don't know
But I will always be your light

[Lyrics from AZLyrics]
[Picture from HERE]

Anyway Friend

... An anyway friend is the one person in your life who, no matter what they say or do, no matter what they've
been through with you, they love you anyway...

[Sam on Maya's Wed - PPS03E15]


 [Picture taken from HERE]

Saturday, February 27, 2010

Tonite's Dinner: Meatballs around the Angel's Hair

Malam ini, saya bereksperimen dengan berbagai bahan makanan yang ada di kulkas ibu saya. Niatnya, saya ingin membuat 'sesuatu' dengan mie instan (ya, memang tidak sehat, tapi kan boleh kalau jarang-jarang :)). Tapi menemukan setengah bungkus angel's hair di lemari, jadi saya langsung beralih menggunakan salah satu jenis pasta ini.

Ini dia 'resep' dadakan saya:

Bahan:
150 gr pasta jenis angel hair (bisa diganti jenis apa saja, secukupnya untuk porsi 1 orang)
5 buah bakso daging buatan sendiri (lain kali saya akan menuliskan resepnya di sini kalau sudah berpraktek dengan ibu saya)
1 sendok makan udang kecil yang sudah dikupas
1 buah tomat, potong sesuai selera
2 lembar daun kol
300cc air putih

Bumbu:
2 siung bawang merah, iris tipis
1 siung bawang putih, cincang halus
1 batang daun bawang, iris serong sesuai selera
2 sendok makan saos tomat
garam secukupnya
minyak goreng secukupnya (bisa diganti minyak zaitun atau minyak wijen jika ada)

Cara membuat:
1. Rebus pasta dengan air secukupnya, beri sedikit garam. Masak sampai empuk sesuai selera.
2. Panaskan wajan berisi minyak goreng, lalu tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum.
3. masukkan potongan tomat dan daun bawang,
4. Masukkan  bakso, udang kupas, daun kol.
5. Tambahkan saos tomat dan bumbui dengan garam sesuai selera. Aduk.
6. Tambahkan 300cc air, biarkan sampai mendidih.

7.  Angkat pasta yang sudah matang, lalu masukkan ke dalam wajan berisi saus.
8. Aduk sampai rata, dan angkat.
9. Voila, Meatballs around the Angel's Hair's ready!!!

Level: Pemula
Waktu yang dibutuhkan: *persiapan: 15 menit *memasak: 20 menit

*original recipe by me
*foto menyusul ya... :)

Monday, February 15, 2010

Happy New Year

 

Kemarin, jutaan warga dunia keturunan China merayakan tahun baru berdasarkan penanggalan lunar.
Berhubung salah satu leluhur saya adalah orang dari negeri China juga, jadi masih ada tradisi dalam keluarga saya untuk merayakannya. Sesungguhnya, menurut saya ini bukanlah suatu perayaan, melainkan semata-mata suatu peringatan. Peringatan untuk semua sanak saudara untuk kembali pulang dan berkumpul bersama saudara-saudaranya, bersyukur atas segala yang terjadi sepanjang tahun itu, dan membuat resolusi baru untuk tahun yang akan datang.

Ya, pada intinya, kurang lebih sama saja dengan tahun baru masehi yang dirayakan setiap tanggal 1 Januari setiap tahunnya.

Satu rentetan kalimat yang saya ucapkan berulang-ulang sebagai harapan saya di tahun baru:
Wishing us all a prosperous year and compassion in our heart!

Picture was taken from HERE.

Friday, February 12, 2010

It's too much....


Yes, I know, it would be better to find the solution instead of merely complaining.
But today, I can't help myself to complain. I think maybe complaining would give some relieve for myself. Maybe. I don't know. But I'll give it a try.

Today's not a good day for me. Not also yesterday. Nor the day before.
It's been a while I feel like under a HUGE pressure.
Yes, it's my job. My work. My workplace.

Joining the company for only almost 3 months already give me a quite clear picture of how things are done in here. Totally different with my previous company. Yet I can't say that the present one is bad. Every company have their own way to get things done.

Sometimes, well most of the time, I feel like I don't fit to be here. Don't fit the company, don't fit the culture, don't fit the team, don't fit the boss, don't fit this job. 

Some part of me doesn't want to be here, but some part wants me to give it a try. I AM trying. So hard. So damn hard that today, right now, I feel like drowning....

Missing my old company, my old workstation, my colleagues, my friends, my time hanging out with them, my life. I miss my old life. And I'm feeling like drowning.......
[picture taken from here]

Thursday, February 11, 2010

Job Vs Love

A job - it's the thing you come home from. Not the thing you come home to. And if you lose your job, you get another one, 'cause there's always another one. But, if you lose your love.. If you think you're losing your love.. Well, then suddenly, nothing else matters.

[Izzie on GA6E12]




Monday, February 8, 2010

Do We Really Need to Get Married?


Marriage is a social union or legal contract between individuals that creates kinship. It is an institution in which interpersonal relationships, usually intimate and sexual, are acknowledged in a variety of ways, depending on the culture or subculture in which it is found. Such a union may also be called matrimony, while the ceremony that marks its beginning is usually called a wedding and the marital structure created is known as wedlock.

People marry for many reasons, most often including one or more of the following: legal, social, emotional, economical, spiritual, and religious. These might include arranged marriages, family obligations, the legal establishment of a nuclear family unit, the legal protection of children and public declaration of love. [Wiki]

Dalam tatanan masyarakat dunia pada umumnya, dan masyarakat Indonesia pada khususnya, [dan para orangtua yg saya kenal, untuk lebih spesifik lagi] pria dan wanita dewasa lazimnya hidup menikah. Para orangtua kerapkali bertanya kepada anak-anaknya yang sudah menginjak usia 20an kapan mereka akan menikah. Menjelang usia 30an, frekuensi kicauan mereka akan semakin tinggi. Apalagi jika mencapai usia 40an. Apalagi jika anaknya itu adalah anak perempuan.

Banyak kawan saya yang sudah menikah. Banyak yang sedang mempersiapkan pernikahan. Banyak yang ingin menikah [tapi karena satu dan lain hal masih belum bisa menikah]. Dan ada pula yang tidak ingin menikah.

Saya sendiri? Wah, saya bukan orang yang anti-pernikahan, dan bukan pula orang yang mengharuskan semua orang menikah.
Bagi saya, menikah itu adalah pilihan. Setiap pilihan kan ada konsekuensinya masing-masing. Kalau mau menikah, ya silakan, tidak mau juga tidak apa-apa. Toh kembali lagi kepada masing-masing orang, apa alasan kita mau menikah/tidak menikah, bagaimana ekspektasi kita terhadap hidup kita, dan hidup seperti apa yang mau kita jalani.

Untuk memilih sesuatu, dibutuhkan pertimbangan yang matang. Untuk memilih menu sarapan saja harus dipikirkan baik-baik, apalagi keputusan yang mempengaruhi hidup kita dalam jangka panjang. Ya kan?
Soal menikah, saya juga belum berpengalaman, jadi apa yang saya bicarakan dalam tulisan ini berdasarkan pengamatan saja.

Apa sih tujuan orang menikah? Banyak. Ada yang ingin berbagi kebahagiaan dan kesusahan hidup dengan orang yang ia cintai. Ada yang ingin melanjutkan garis keturunan. Ada yang untuk menyenangkan hati orangtua. Ada yang supaya tidak dicap tak laku. Ada yang karena ingin punya anak, atau terpaksa, karena masih belum lazim untuk punya anak di luar institusi pernikahan. Ada juga yang menikah karena itu 'sudah selayaknya dan sepantasnya' bagi orang-orang seusianya.

Lalu, bagaimana kehidupan setelah menikah? Wah, karena saya belum menikah, jadi tidak bisa memberikan pendapat pribadi untuk pertanyaan ini. Beberapa kawan ada yang mengatakan bahwa menikah itu menyenangkan karena bisa punya seseorang untuk berbagi kebahagiaan dan kesedihan setiap saat, untuk berbagi pikiran dan hal-hal lainnya. Tapi, bukan berarti tidak ada masalah. Wong kepala cuma ada 1 saja kita bisa pusing, apalagi kalau kepalanya ada 2? Tiga, empat, dan seterusnya? Tinggal pintar-pintar mengakalinya, supaya kepentingan semua orang bisa terpenuhi dan tidak ada yang dirugikan. Nah, yang tidak kalah pentingnya lagi untuk dipertimbangkan adalah keberadaan anak. Kembali lagi pada pilihan masing-masing: apakah ingin punya anak atau tidak?

Lalu, salah satu hal yang menjadi pertimbangan orang-orang zaman sekarang untuk menikah/tidak menikah adalah materi. Apakah kita bisa menyediakan materi yang cukup untuk [pesta] pernikahan kita, dan kehidupan pernikahan kita atau tidak? Soal itu, menurut saya, solusinya cuma ada 1: yakin dan percayalah bahwa di mana ada kemauan, di situ kau bisa membuka jalan. Materi itu penting, tapi bukan segalanya. Kalau memang tidak punya duit banyak, kan ada cara yang namanya menabung, atau berhemat, atau kerja tambahan. Kalau memang tidak punya duit banyak, ya tidak perlulah membuat resepsi besar-besaran. Memangnya pernikahan cuma satu hari itu saja? Resepsi kan cuma 1 hari saja yang mengawali kehidupan selanjutnya. Bukankah kehidupan setelah resepsi itu yg perlu dikhawatirkan?

Wah, kalau bicara pernikahan, bisa ngalor-ngidul, panjang-lebar, luas dan mendalam nih.

Tapi, sekali lagi, intinya adalah kembali pada pribadi masing-masing yang akan menjalaninya. Jangan sampai keputusan sepenting ini dibuat oleh orang lain, karena yang akan menjalaninya adalah kita sendiri.

Jika memang kita yakin dengan alasan, arah, dan tujuan kita untuk menikah, serta sudah memahami dan menyanggupi segala konsekuensi yang akan dihadapi nantinya, ya silakan menikah. Kalau memang yakin dengan alasan, arah, dan tujuan kita untuk tidak menikah, serta sudah memahami dan menyanggupi segala konsekuensi yang akan dihadapi nantinya, ya silakan tidak menikah.

Lagipula, setiap hari ada kesulitannya masing-masing, janganlah merisaukan apa yang telah terjadi, ataupun apa yang belum terjadi. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mempersiapkan segalanya sebaik-baiknya. Keputusan ada di tangan kita!
[Foto ilustrasi dipinjam dari sini]

Monday, February 1, 2010

Ibuku dan Rp 20.000,-


Pagi itu, ibuku sedang duduk di dapur. Di depannya terdapat sebuah baskom ukuran sedang berisi 1,5 kg tauco buatan sendiri, plastik kecil-kecil ukuran sekitar 4x10cm, dan tali rafia yg sepanjang 20 cm yang sudah dibagi-bagi tipis.

Dengan sendok ia membagi dan memasukkan tauco buatannya ke dalam 50 buah plastik kecil untuk dititipkannya kepada seorang tukang sayur di dekat rumah.

Kutanya kepadanya: "Berapa hasil penjualan tauco ini?"
Jawabnya: "Dua puluh ribu."

DEG.

Dua-puluh-ribu.

Setara dengan makanku 1x di mall, atau di rumah makan dekat kantorku.
Setara dengan ongkosku 1x naik taksi pergi/pulang ke mall.

Untuk dua puluh ribu rupiah - yang biasanya bisa dengan enteng kukeluarkan dari kantong - ibuku memerlukan waktu beberapa hari. Dimulai dengan mengolah kacang kedele, mencincang, menjemur, memfermentasi, dan proses entah apa lagi yang tidak kuketahui untuk menjadi tauco, dilanjutkan dengan memberi campuran gula, dan membungkusnya ke dalam plastik kecil-kecil. Untuk dua puluh ribu rupiah. Yang bisa aku keluarkan untuk 1x makan. Atau naik taksi sekali jalan.

Sedih. Malu, sekaligus bangga.

Sepertinya, banyak sekali ironi dalam kehidupan yang kualami. Dan hari itu aku mengalami satu lagi contohnya, di rumahku sendiri. Aku yang memperlakukan uang dua puluh ribu sebagai nominal yang tidak terlalu besar, tertohok melihat perjuangan panjang ibuku untuk mendapatkannya. Tanpa mengeluh. Tetap sabar.

Dear Buddha, I'm so very proud to have her as my mom. Semoga semua perbuatan baiknya bisa membawanya kepada kehidupan yg lebih baik. Semoga kesabaran dan kekuatannya bisa membawanya kepada kebijaksanaan yang mendalam. Semoga kebaikan hatinya bisa meluaskan pandangannya. Semoga setiap kualitas baik yang ada pada dirinya semakin berkembang dan semoga segala kekurangan dan penghalangnya dapat dihancurkan. Semoga ia bisa selalu bertemu dengan ajaranMu, dan setiap kali semakin berkembang. Semoga ia kelak menjadi Buddha dan terbebas dari penderitaan.