Sunday, February 19, 2006

doa untuk seorang adik..


adik sayang,

cepatlah sembuh, gw ingin cepat melihat senyum lo lagi, ketawa lo, dan ocehan lo.. antusiasme yg meluap-luap waktu minta diajari bagaimana menjadi danus yg OK.. hadirmu di saat berjualan bunga di saat wisuda..

ayo, cepat sembuh, kembalilah segera.. berjuanglah mengatasi luka fisikmu. hiasilah hidupku dengan senyum dan candamu lagi. karena kau sudah menjadi penyemangat saat kuterima sms-sms bijak darimu..

adik sayang, maaf karena kutak memiliki yg lain selain doa untukmu.. doaku bersamamu..

aku menunggumu..

-untuk seorang adik yg terbaring tak berdaya di suatu rumah sakit di bilangan mangga besar-

.H.O.M.E.

HOME..
 
kata yg manis dan menggetarkan hati [at least for me]. Rumah selalu identik dengan orang-orang yg ada di dalamnya, which means bokap, nyokap, kakak, dan adik.

Meskipun kita 3 bersaudara secara de facto udah ga tinggal di rumah lagi, tapi rasa itu selalu ada. Betapa menyenangkan rasanya kalo inget di rumah selalu ada yg menunggu kita. meskipun lama ga pulang, tapi rasa itu selalu ada di dalam hati gw.


rumah tuh bener2 sebuah "sarang" buat gw: bisa menjadi diri gw yg sebener-benernya! bisa bermalas-malasan sepanjang hari, bereksperimen di dapur, ngaduk-ngaduk lemari buku, ngobrak-ngabrik gudang, main2 sama chico-anjing gw yg mirip kambing, bermanja-manja sama bokap dan nyokap, teriak-teriak kayak orang gila meskipun ga ada apa2.


i miss my home already nih... miss my dad, mom, sist, bro, and doggy... miss my bed, mom's kitchen, mom's dining room.. miss every single thing about my home..


like michael buble said..."i wanna go home"

-di tengah kangen rumah yg tak tertahankan-

Friday, February 3, 2006

cinta itu luka...

kenapa jiwa yang mencinta dekat dengan derita?
kenapa jiwa yang mendamba penuh dengan duka?
katanya cinta itu suka...
katanya damba itu cita...
nyatanya cinta dan damba tak lain adalah luka...

(2februari2006)

Wednesday, February 1, 2006

Percakapan dengan Sunyi

kata sunyi suatu ketika: aku akan membunuhmu!

jawabku: kau takkan sangggup membunuh jiwaku yang mencinta!

sahut sunyi kemudian: aku akan membunuh jiwamu yang mencinta!

jawabku lagi: bagaimana mungkin, jiwa yang mencinta selalu berkawan dengan asa, tawa dan bahagia!

kata sunyi pelan: asa, tawa, dan bahagia takkan sanggup menjauhkanmu dari aku!

jawabku kemudian: bagaimana mungkin, asa, tawa, dan bahagia akan membentengi jiwaku darimu!

jawab sunyi pelan dan pasti: sebab jiwa yang mencinta adalah jiwa yang mendamba, dan damba adalah satu sisi yang tak pernah bisa lepas dari diriku...

--1februari2006, 7.10pm-

sendiri.. sepi.. sunyi.. sesak..

aku heran, karena merasa sendirian itu menyesakkan...
padahal, sendirian adalah mutlak:
karena setiap orang lahir sendirian, dan mati sendirian.
lalu, kenapa sendirian membuatku sesak??