Tuesday, September 25, 2007

sejauh mana

ada satu pertanyaan yang tiba2 muncul di kepala gw:

to what extent is a love can be called 'worth fighting'?
jawabannya mungkin beda2 untuk tiap orang...
tapi barangkali ada satu batasan yang menentukan bahwa suatu cinta itu masih layak atau
udah ga layak untuk dipertahankan lagi...

Saturday, September 15, 2007

Belum ada judul [part 1]

“Perkosalah aku,” gadis itu berkata dengan muka serius.

“Apa?” si pemuda terkejut.

“Kau dengar aku: perkosalah aku!” gadis itu mengulangi permintaannya sekali lagi.

“Apa maksudmu?” si pemuda terheran-heran dengan permintaan gadis itu, gadisnya.

“Bercintalah denganku,” kali ini permintaan ini diucapkan dengan lemah, seperti tak berdaya.

“Mengapa?”

“Mengapa tidak?” gadis itu membalikkan pertanyaan si pemuda.

“Mengapa sekarang?”

“Mengapa tidak sekarang?” gadis itu sekali lagi membalikkan pertanyaan si pemuda.

“Mengapa tidak dulu-dulu?”

“Karena dulu aku tidak ingin,” gadis itu berbohong.

“Benarkah?”

“Ya,” jawab gadis itu sambil menelan ludah.

“Kau bohong.”

“Aku tidak bohong,” elak si gadis.

“Kau selalu menginginkan aku,” tuduh si pemuda.

“Kau sok tahu.”

“Aku memang tahu. Ketika berciuman, mulutmu menginginkan mulutku, lidahmu menginginkan lidahku, tanganmu ingin menjamahku, seluruh tubuhmu menginginkan tubuhku!”

“Kalau aku selalu menginginkan kamu, lantas kenapa?”

“Kalau kamu selalu menginginkan aku, lantas kenapa kamu tidak memintanya dari dulu?”

“Karena kau akan pergi,” jawab gadis itu pelan, menggigit lidahnya.

“Lantas apa hubungannya dengan aku pergi?”

“Karena kalau aku memintanya sekarang, mungkin aku bisa menahanmu untuk tidak pergi.”

“...”

***

“Tak ada gunanya aku memohon, kan?” tanya gadis itu dengan dingin.

Tidak ada jawaban.

Air mata mulai menggenangi matanya yang cerlang, “Tak ada satu apapun yang bisa kulakukan untuk menahanmu, kan?”

Masih tak ada jawaban.

“Katakan sesuatu,” air mata mulai mengalir di pipi gadis itu.

“Aku tidak tahu harus berkata apa...”

“Katakan apa saja..” desisnya, mulai putus asa.

[end of part 1]

Wednesday, September 5, 2007

tentang Cinta...

Cinta yang abadi kukira bukanlah sesuatu yang ditakdirkan, cinta yang abadi adalah sesuatu yang diperjuangkan terus menerus sehingga cinta itu tetap ada, tetap bertahan, tetap membara, tetap penuh pesona, tetap menggelisahkan, tetap misterius, dan tetap terus menerus menimbulkan tanda tanya: Cintakah kau padaku? Cintakah kau padaku?
Demikianlah cinta kami selalu diuji, benarkah begitu kuat usaha kami untuk menyatu kembali, ataukah cinta kami ini hanya cinta yang begitu-begitu saja yang terlalu mudah menyerah karena berbagai macam halangan yang sebenarnya bisa saja diatasi.
Cinta yang sejati, kukira, hanyalah menjadi sejati jika tahan uji terhadap cinta yang sama hebohnya, yakni cinta yang dahsyat itu, dengan segenap petir dan halilintarnya yang tanpa kecuali menggetarkan dan mendebarkan hati.
(SGA – Cintaku Jauh di Komodo)